1.Ketuban Pecak Sebelum Waktunya
KETUBAN Pecah Sebelum Waktunya (KPSW) adalah
pecahnya selaput berisi cairan ketuban yang terjadi 1 jam atau
lebih sebelum terjadinya kontraksi.
Dulu jika terjadi KPSW selalu dilakukan tindakan untuk
segera melahirkan bayi guna mencegah infeksi yang bisa terjadi
pada bayi maupun ibunya. Tetapi pendekatan ini sudah tidak
perlu dilakukan lagi karena resiko terjadinya infeksi bisa dikurangi
dengan mengurangi frekuensi pemeriksaan, dalam 1 kali
pemeriksaan dengan bantuan spekulum bisa membantu dokter
dalam memastikan pecahnya selaput ketuban, memperkirakan
pembukaan serviks (leher rahim) dan mengambil contoh cairan
ketuban dari vagina.
Jika hasil analisa cairan ketuban menunjukkan bahwa paru-
paru bayi sudah cukup matang, maka dilakukan induksi
persalinan (tindakan untuk memulai proses persalinan) dan bayi
dilahirkan. Jika paru-paru bayi belum matang, persalinan ditunda
sampai paru-paru bayi matang.
Pada 50% kasus, persalinan bisa ditunda hanya dengan
melakukan tirah baringan mendapatkan cairan infus; beberapa
kasus lainnya memerlukan obatyang bisa mencegah kontraksi rahim
(misalnya magnesium sulfatyang diberikan melalui infus
suntikan atau tablet terbutalin dan kadang diberikan ritodrin
meialui infus). Ibu dirawat di rumah sakit dan menjalani tirah
baring, tetapi masih diperbolehkan ke kamar mandi. Suhu tubuh
dan denyut nadinya diukur 2 kali/hari. Peningkatan suhu tubuh
bisa merupakan pertanda terjadinya infeksi.
2.Persalinan Prematur
PERSALINAN prematur adalah persalinan yang terjadi
sebelum usia kehamilan mencapai 37 minggu. Biasanya
persalinan terjadi pada saat usia kehamilan mencapai 37-42
minggu. Persalinan prematur bisa merupakan suatu proses
normal yang dimulai terlalu dini atau dipicu oleh keadaan
tertentu, seperti infeksi rahim atau infeksi cairan ketuban,
Sebagian besar kasus persalinan prematur penyebabnya tidak
diketahui secara pasti.
Faktor resiko terjadinya persalinan prematur :
a. Pernah mengalami persalinan prematur pada kehamilan terdahulu.
b. Kehamilan ganda (kembar 2 atau 3).
c. Pernah mengalami aborsi.
d. Memiliki serviks yang abnormal.
e. Memiliki rahim yang abnormal.
f. Menjalani pembedahan perut pada saat hamil.
g. Menderita infeksi berat pada saat hamil.
h. Pernah mengalami perdarahan pada trimester kedua atau ketiga.
i. Berat badan kurang dari 50 kg.
j. Pernah memakai DES(dietilstilbestrol).
k. Merokok sigaret atau makakai kokain .
l. Tidak memeriksakan kehamilan.
3.Kehamilan Post-Matux & Postmaturitas
KEHAMILAN post-matur adalah persalinan yang berlangsung
sampai lebih dari 42 minggu. Postmaturitas adalah suatu
sindroma di mana plasenta mulai berhenti berfungsi secara
normal pada kehamilan post-matur dan hal ini membahayakan
janin. Menentukan apakah kehamilan telah Iewatdari42 minggu
tidak selalu mudah, karena saat terjadinya pembuhan tidak
selalu dapat ditentukan secara pasti. Kadang saat pembuahan
tidak dapat ditentukan karena siklus menstruasi yang tidak
teratur.
Pada awal kehamilan bisa dilakukan pemeriksaan USG
untuk membantu menentukan usia kehamilan. Pemeriksaan USG
berikutnya dilakukan ^ebelum usia kehamilan mencapai 32
minggu (antara 18-22 minggu) untukmengukur diameter kepala
janin; hal ini bisa membantu memastikan usia kehamilan.
Jika kehamilan berlangsung sampai lebih dari 42 minggu
dari hari pertama menstruasi terakhir, dilakukan pemeriksaan
untuk mengetahui tanda-tanda postmaturitas pada ibu dan janin,
yaitu penciutan rahim dan berkurangnya gerakan janinPemeriksaan
bisa dimulai pada usia kehamilan 41 minggu, untuk
menilai gerakan dan denyut jantung janin serta jumlah cairan
ketuban (yang menurun secara drastis pada kehamilan post-
matur). Untuk memperkuat diagnosis postmaturitas, bisa
dilakukan amniosentesis (pengambilan dan analisa cairan
ketuban).
Salah satu tanda dari postmaturitas adalah air ketuban
yang berwarna kehijauan yang berasal dari mekonium (tinja
fetus yang pertama); hal ini menunjukkan keadaan gawat janin.
Selama hasil pemeriksaan tidak menunjukkan tanda-tanda
postmaturitas, maka kehamilan post-matur masih mungkin
dilanjutkan. Tetapi jika hasil pemeriksaan menunjukkan adanya
tanda-tanda postmaturitas, maka segera dilakukan induksi
persalinan dan bayi dilahirkan. Jika serviks belum dapat dilalui
janin, maka dilakukan operasi sesar.
4.Tidak Adanya Kemajuan Dalam Persalinan
SETIAP jam seharusnya serviks membuka minimal selebar
1 cm dan kepala janin seharusnya turun ke dalam rongga
panggul minimal sebanyak 1 cm. Jika hal tersebut tidak terjadi,
mungkin janin terlalu besar untuk melewati jalan lahir dan perlu
dilakukan persalinan dengan bantuan forseps atau operasi sesar.
Jika jalan lahir cukup lebar tetapi persalinan tidak maju,
maka diberikan oksitosin melalui infus untuk merangsang
kontraksi rahim yang lebih kuat. Jika setelah pemberian oksitosin
persalinan tidak juga maju, maka dilakukan operasi sesar.
5.Kelainan Posisi Janin
Yang dimaksud dengan posisi janin di dalam rahim adalah
arah yang dihadapi oleh janin, sedangkan letak janin adalah
bagian tubuh janin yang terendah. Kombinasi yang paling sering
ditemukan dan paling aman adalah menghadap ke punggung
ibu dengan letak kepala, di mana leher tertekuk ke depan, dagu
menempel di dada dan kedua lengan melipat di dada. Jika janin
tidak berada dalam posisi atau letak tersebut, maka persalinan
bisa menjadi sulit dan mungkin persalinan tidak dapat dilakukan
melalui vagina.
6.Kekamilan Kembar
KEHAMILAN kembar bisa diketahui pada pemeriksaan USG
atau dengan pemantau elektronik (dimana akan terdengar 2
denyut jantung berbeda). Kembar menyebabkan rahim sangat
teregang dan rahim yang sangat teregang cenderung untuk mulai
mengalami kontraksi sebelum kehamilan mencapai usia yang
matang. Akibatnya bayi kembar sering dilahirkan secara
prematur dan kecil.
Posisi dan letak janin di dalam rahim bisa berlainan,
sehingga persalinan bisa menjadi sulit. Kontraksi rahim setelah
lahirnya bayi pertama cenderung menyebabkan terlepasnya
plasenta dari bayi kedua. Akibatnya, bayi kedua cenderung
mengalami masalah selama persalinan dan memiliki resiko
mengalami kelainan dan kematian yang lebih tinggi, Kadang
setelah persalinan, rahim yang terlalu teregang tidak dapat
berkontraksi dengan baik sehingga ibu bisa mengalami
perdarahan.
7.Distosia Bahu
DISTOSIA bahu adalah suatu komplikasi yang jarang
terjadi, dimana pada letak kepala, salah satu bahu bayi
tersangkut pada tulang kemaluan dan tertahan di dalam jalan lahir.
Segera dilakukan berbagai tindakan untuk membebaskan
bahu sehingga bayi bisa dilahirkan melalui vagina. Jika tindakan
tersebut gagal, kadang bayi dapat didorong kembali ke dalam
vagina dan dilahirkan melalui operasi sesar.
8.Prolapsus Korda Umbilikalis
PROLAPSUS korda umbilikalis adalah keadaan dimana
korda umbilikal(taii pusar) mendahului bayi, yaitu kefuardari
jalan lahir. Pada keadaan ini, jika bayi mulai memasuki jalan
lahir, tali pusar akan tertekan sehingga aliran darah ke bayi
terhenti. Prolapsus korda umbilikalis bisa terjadi secara nyata
atau tersembunyi.
Pada prolapsus yang nyata, selaput ketuban telah pecah
dan tali pusar menonjol ke dalam vagina sebelum bayi turun ke jalan lahir.
Prolapsus yang nyata biasanya terjadi jika bayi berada
dalam letak bokong (tetapi bisa juga terjadi pada letak kepala),
terutama jika selaput telah pecah sebelum waktunya atau jika
janin belum turun ke panggul ibu. Untuk mencegah terjadinya
cedera pada janin akibat terhentinya aliran darah ke janin, maka
segera dilakukan persalinan, biasanya melalui operasi sesar.
Pada prolapsus tersembunyi, selaput ketuban tetap utuh
dan tali pusar berada di depan janin atau terperangkap di depan
bahu janin. Biasanya keadaan ini diketahui melalui denyut
jantung janin yang abnormal. Prolapsus tersembunyi bisa diatasi
dengan cara merubah posisi ibu atau mengangkat kepala janin
untuk menghilangkan tekanan pada tali pusar. Kadang perlu
dilakukan operasi sesar.
9.Pendarahan Rahim
PENDARAHAN hebat dari rahim setelah persalinan
merupakan masalah yang serius. Biasanya selama persalinan
ibu kehilangan darah sebanyak 0,5 liter. Ketika plasenta lepas
dari rahim, pembuluh darah rahim terbuka. Kontraksi rahim
membantu menutupnya pembuluh darah ini sampai mereka
mengalami pemulihan lengkap.
Jika setelah proses persalinan rahim tidak berkontraksi
atau jika sejumlah kecil plasenta tertinggal di dalam rahim
sehingg rahim tidak dapat berkontraksi, maka darah yang hilang
akan lebih banyak. Robekan pada vagina atau serviks juga bisa
menyebabkan perdarahan hebat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar